Memang itu adalah kesalahanku, saat
pulang sekolah, kuambil sebotol air mineral saat dia sedang asik menguap dan ku
masukan kedalam mulutnya, sungguh diluar dugaanku, yang sebelumnya aku mengira
dia akan tertawa bersamaku tetapi sebaliknya dia malah marah dan mengejarku.
Dengan refleks aku lari ngacir kemanapun, sampai akhirnya ia berhenti Karena
tak sanggup menangkapku, dia berhenti dan aku ikut berhenti.
Aku berbalik dan melihatnya, dia
menatapku dingin, dibalik kacamata yang ia kenakan tatapan matanya seperti
menyimpan dendam, kulihat sekali lagi dia masih menatapku, sekarang bibirnya
bergetar seperti dukun yang akan mengeluarkan seribu mantranya. Tatapannya
semakin tajam, namun aku tak mampu mengimbangi tatap matanya, semakin dia
menatapku semakin malu perasaanku.
“Atin… ayo!” panggil Fatimah kepada
seorang perempuan yang bernama bardiatin yang tengah menatapku dengan tajam,
dia pergi berlalu dan aku menghela napas.
****
Esoknya dikelas, dia diam seribu
bahasa. Tak menegurku atau melanjutkan marahnya padaku. Tak enak hati ini
melihatnya seperti itu, padahal setiap kali tak ada guru, hanya dia yang dapat
ku ajak bicara, ya hanya dia sisiwi yang berbeda dari yang lainnya, pikirannya,
bahasanya, gayanya, semuanya yang melekat pada dirinya tak ada yang bisa
menyamakan. Wanita yang sederhana namun memiliki pengetahuan yang luar biasa,
Sejak saat pertama bertemu aku sudah
jatuh hati padanya, jadi kusimpan perasaan ini sampai waktu yang tepat untuk
menyatakan agar dia bisa menerimaku dengan apa adanya. Namun melihat dia dengan
keadaan seperti itu, benar-benar membuat diriku merasa bersalah sekali, bagai
mempunyai dosa yang besar yang tak bisa diampuni.
“Atin…” sapaku dengan sedikit gugup
Dia tidak merespon, bahkan ia buang
muka lalu berbicara pada teman disebelahnya, ternyata dia benar-benar marah
padaku.
“Atin, maafin gue dong, itu kan ngga
sengaja, cuman bercanda doang, masa lu marah?” kataku sambil meyakinkan.
Dia masih diam seribu bahasa, sampai
akhirnya semua yang ada dikelas menatapku aneh, entah apa yang ada dipikiran
mereka, tetapi tatapan mata mereka sama seperti tatapan wanita yang sedang
dihadapanku, yang pernah aku lihat.
“Lu kenapa?” tanya seseorang yang
ada dibelakangku.
“Emp… ngga… ngga apa-apa ko,”
jawabku bingung
Namun tatapan mereka yang ada
dikelas semakin membuatku merasa bingung, mungkin mereka curiga atau… entahlah.
Setelah itu semua kembali dengan kesibukan masing-masing. Bel berbunyi, guru
masuk dan mulai untuk belajar.
Selama jam pelajaran aku tidak fokus
karena masih teringat dengan kejadian itu, pikiranku telah dikuasai olehnya.
Ayolah Atin itukan cuman becanda jangan marah kaya begitu, pinta batinku.
Sampai jam pelajaran selesai, aku terus menatapnya, wajahnya yang cantik
semakin cantik jika sedang serius memperhatikan guru yang sedang mengajar,
perasaan aku suka padanya semakin menjadi namun aku teringat bahwa dia sedang
marah jadi sakitlah perasaan ini.
Jam pelajaran kedua tidak ada
gurunya, jadi semua siswa yang ada dikelas mulai dengan aktifitasnya
masing-masing, aku dengan kesendirianku hanya diam, ku lihat dia ternyata
sedang asik dengan komiknya yang selalu dia bawa. Aku mengutuk diriku karena takut
untuk minta maaf, ku kumpulkan keberanian yang ada untuk segera mendatanginya
dan meminta maaf padanya.
Sekiranya tinggal dua langkah lagi
sampai dibangku yang dia duduki, dia pergi keluar kelas. Huft… hampa yang
sekarang ku rasakan, dan itu menjadikan aku salah tingkah didepan temanku
sendiri, kuhiraukan mereka yang menatapku dengan aneh dan aku ikut keluar kelas
mengikuti keanehan yang ada pada diriku.
Ku cari dia disepanjang lorong
tetapi tidak ada, kupertajam tatapan mataku tetapi hanya sia-sia, yang
kutemukan hanyalah sederetan ruangan dengan berbagai suara manusia. Aku
berhenti tepat didepan ruang guru, orang yang kucari ternyata ada diruangan
itu, gayanya saat berbicara pada orang yang lebih tua anggun sekali, terpaku
mata dan tubuhku sehingga aku tak bergerak sedikitpun melihatnya.
“Ngapain kamu? Bengong aja, entar
kesambet aja,” ucap pak Robi mengagetkan ku dari keasaikanku manatapnya.
“Emp… siapa yang bengong pa?”
“Yaelah pake ngeles, kamu mau
kemana? Emangnya ngga ada guru dikelas kamu?” tanya guru olahraga yang
sekaligus membuat Atin dan Fatimah melihatku.
“Ngga ada pak, ini mau ke kamar
mandi,” jawabku terburu-buru, salah tingkah aku saat mereka berdua melihatku.
Dengan perasaan malu aku sudahi percakapan dan pergi ke kamar mandi.
Sampainya dikelas kulihat dia sedang
asik mengerjakan soal, wajahnya yang cantik dan sikapnya yang anggun tak pernah
bosan aku untuk berhenti menyukainya.
“Atin… maafin gua, gua emang salah
dan becanda yang keterlaluan sama lu, jadi maafin gua,” kataku sambil berlutut
dihadapannya, semua yang sedang asik dengan kegiatannya kini menatapku heran
dengan seribu pertanyaan yang mungkin ada diotaknya.
“Emp… apaan si! Ngga jelas banget”
jawabnya ketus
“Maafin gua tin, gua bener-bener
salah, jadi maafin gua tin, please,”
“Lu kenapa si sama Atin?” tanya Amir
“Tin, maafin gua tin,” ucapku dengan
menghiraukan gerutu siswa lain sambil memelas agar dia bisa memaafkanku.
Dia tertawa dan aku semakin heran,
semua manjadi bingung dan aku juga ikut bingung, ledakan tawa ditengah situasi
yang aneh memang benar-benar aneh terasa. Aku dibuat diam dihadapannya, lalu
dia berdiri dan mengajak aku berdiri, dia masih terus tertawa sambil memegang
tanganku, dia terus teratawa hingga mukanya merah dan semakin membuatku
bingung.
Dia berhenti tertawa dan berkata “Lu
ngapain si pake berlutut udah kaya orang sungkeman, emangnya gua ini mama lu
apa, terus minta maaf karena apa?”
“Emp… ya abisnya, gua udah minta
maaf panjang lebar sama lu eh tapi ngga dimaafin juga,”
“Hahaha lagian jadi orang jangan
iseng, udahlah jadi orang jangan terlalu bersalah, sebenarnya gua tuh kemaren
ngga marah sama lu, tapi gua lagi coba sesuatu…”
“sesuatu apaan?” tanyaku penasaran.
“itu adalah kebiasaan gue, kalo gue
lagi kesel atau marah. Jadi jangan heran kalo gue kaya begitu,” jawabnya serius
sambil tertawa. Dia menepuk pundakku dan tersenyum, aku ikut tersenyum dan
sekaligus bangga mempunyai teman seperti dia. Semua bersorak bahkan ada yang
menggoda.
0 komentar:
Posting Komentar